Serangan di Pelabuhan Virginia dapat menimbulkan konsekuensi yang luas



Seorang ahli mengatakan serangan di Pelabuhan Virginia dapat mempengaruhi logistik militer dan pertahanan nasional, menunda barang-barang konsumsi, ekspor pertanian, pariwisata dan banyak lagi.

NORFOLK, Virginia — Waktu hampir habis bagi para pekerja di beberapa terminal Pelabuhan Virginia di Hampton Roads.

Serikat pekerja yang mewakili buruh pelabuhan dilaporkan menuduh Aliansi Maritim Amerika menghalangi jalan menuju perjanjian kontrak.

Komentator buruh Thomas Fellows mengatakan ketika biaya hidup meningkat, upah tetap datar.

“Alasan kita melihat negosiasi kontrak ini terjadi adalah karena kita mengalami inflasi selama beberapa tahun terakhir. Namun kita belum melihat kenaikan upah sejak 2018,” kata Fellows.

Anggota serikat pekerja menuntut kenaikan upah sebesar 77% selama enam tahun, dengan kenaikan upah tertinggi dari $39 per jam menjadi $69 per jam. Serikat pekerja juga menuntut larangan total terhadap semua mesin otomatis.

“Jika Anda melihat derek otonom, perangkat lunak logistik, sistem bongkar muat, semua ini menghilangkan lapangan kerja, dan itulah sebabnya kita akan melihat beberapa perjuangan serius tidak hanya saat ini tetapi di masa depan,” kata Fellowes.

Fellows mengatakan bahwa karena Pelabuhan Virginia adalah pelabuhan peti kemas terbesar ketiga di Pantai Timur, hal ini dapat berdampak signifikan pada logistik dan pertahanan militer, menghambat barang konsumsi, ekspor pertanian, impor dan ekspor manufaktur, serta pariwisata dan industri pelayaran.

TERKAIT: Pelabuhan Virginia menghentikan operasinya menjelang pemogokan yang akan datang

Senator AS Tim Kaine (D-Virginia) mengatakan pemogokan harus dihindari.

“Rantai pasokan kami sudah terganggu akibat penembakan rudal Houthi ke kapal dagang di Laut Merah,” kata Kaine. “Itu sudah cukup menjadi tantangan sehingga kami tidak perlu melakukan serangan lebih lanjut.”

Jika pemogokan tersebut dianggap menimbulkan ancaman terhadap kesehatan perekonomian AS, Presiden Joe Biden dapat meminta perintah pengadilan yang memberikan periode jeda selama 80 hari berdasarkan Undang-Undang Taft-Hartley tahun 1947. Tindakan ini akan menghentikan pemogokan.

Namun Biden mengatakan dia tidak akan menggunakan kekuasaan itu. Dalam percakapan dengan wartawan pada hari Minggu, Biden menjawab “tidak” ketika ditanya apakah dia berencana melakukan intervensi dalam kemungkinan penutupan pemerintahan.

“Karena ini perundingan bersama, saya tidak percaya pada Taft-Hartley,” ujarnya.

Associated Press berkontribusi pada laporan ini.



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Proudly powered by WordPress | Theme: Funky Blog by Crimson Themes.